Oleh : Khusnul Ma’arif*
Tanggal 28 oktober tiap tahun diperingati sebagai hari sumpah pemuda, tepatnya 83 tahun yang lalu telah terjadi sebuah ikrar pemuda se nusantara untuk berbangsa satu, bertanah air satiu dan ber bahasa satu, INDONESIA. Peristiwa yang mampu memberikan sumbangsih pemikiran bagi bangsa ini , sebagai tonggak sejarah kebangkitan kepemudaan pada waktu itu yang dianggap hanya mampu ikut-ikutan saja. Kongers Pemuda II telah merubah paradigma itu dan mampu mengantarkan pemuda sebagai salah satu bagian dari penetu kemerdekaan bangsa ini, setelah peristiwa tersebut terbukti pemuda mampu menunjukkan taringnya untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa ini, salah satunya adalah peristiwa proklamasi yang notabene didalangi oleh kaum pemuda yang pada waktu itu Sjahrir DKK. memaksa Soekarno dan Hatta untuk melakukannya. Selang beberapa tahun setelah itu gerakan kepemudaan mampu untuk tampil terdepan , sampai peristiwa runtuhnya orde baru yang lagi-lagi dimotori oleh gerakan kaum muda.
Pemuda sekarang adalah cerminan dari keadaan kedepan, setidaknya itulah yang menjadi parameter awal sukses atau tidaknya sebuah sistem berbangsa dan bernegara dalam merengkuh kesejahteraan rakyat. Tidak heran Soekarno pernah lantang berbicara “Beri aku 10 Pemuda Maka akan kuubah dunia”. Pernyataan tersebut sekali menegaskan eksistensi pemuda patut menjadi sorotan untuk perubahan kearah yang lebih baik. Dengan penuh daya juang yang tinggi dan mental yang tangguh serta progresifitas dalam melakukan perubahan setidaknya perlu ditanamkan dalam membentuk peran kepemudaan yang kuat dan berkarakter.
Pembentukan metal atau mental building dan semacamnya dalam memberikan kekuatan karakter pemuda nampaknya menjadi suatu prioritas yang utama dalam penciptaan generasi yang dapat merubah bangsa ini, tidak hanya memberikan asupan pengetahuan yang dilahap dibangku akademisi, dan bahan bacaan saja tapi peran lingkungan yang mendukung setidaknya menjadi sebuah poin penting dalam pembentukan karakter tersebut, setidaknya itu akan menjadikan penentu sikap dan prilaku keseharian , dan peran generasi tua akan sangat dibutuhkan dalam pembentukan tersebut, tidak hanya didasarkan pada otodidaksi saja, setidaknya ada sebuah keseimbangan yang mampu diberikan. Memberikan pemahaman yang menyeluruh dan tuntunan serta sebagai kontrol dalam bertindak dan berbuat.
Sebuah sinergisitas baik ditingkatan formal akademik dan lingkungan sosial akan sangat mampu dalam membentuk sosok pemuda yang kelak akan dapat memberikan sebuah kontribusi yang baik dan berkemajuan. Setidaknya harapan untuk merubah bangsa ini yang penuh dengan kebobrokan tidak palsu dan semu.
Bangun pemuda harapan bangsa, kau akan dinanti untuk merubah bangsa.
*Ketua PC IMM Bangkalan